Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillah Aishahadu la ilaha illallah wa aishahadu anna muhammadan abduhu wa rasuluh Sallallahu alaihi wa ala alihi wa sahbihi wa sallam wa asliman kathira Amma ba'du Fana as-salahata baraka wa ta'ala An yirruzukna ilman nafi'an Wa rizqan dhiyban wa awalan mutakabbalan Inna huwa al-zalika wa al-qadri huwa alayhi Yama as-salat maghrib rahimahullah Kitab Anjid Kanba Kitab Riyad al-Saliheen Bil hafidh al-nawawi rahimahullah Dan syarah Al-Shaykh Muhammad bin Salih al-Zahimin Alhamdulillah rahimahullah Di Bak Musabakah ilal-khairat Al-Mubadarah ilal-khairat Berlomba-lomba dalam kebaikan Di sisi yang keempat Kemarin kita sudah membaca hadith yang pertama Badiru bin Amal Motivasi Dari Nabi SAW Agar Kita Menyegerahkan Beramal salih Mengalahkan Berbagai hudaan dalam beragama Berikutnya Al-Nawawi rahimahullah al-Thani Al-Hadith al-Thani Hadith yang kedua di bab ini Dikasih sin Al-Muhmalah wal-Fatihah Sinnya boleh dikasraw Sin yang tidak bertitik Sin Muhmalah Sin yang tidak bertitik boleh dikasraw Al-Fatihah atau di Fatihah Abi sarwa'ah atau sirwa'ah Iya Uqbah ibn al-Harith Uqbah ibn al-Harith namanya RabiAllahu ta'ala Nah jadi para ulama itu memang Dalam memudahkan Generasi-generasi berikutnya Terhadap ilmu agama Itu bukan hanya sekedar Tulisan arab itu dikasih Ya titik Huruf-huruf arab itu dikasih titik Kan dulu di zaman nabi gak ada titiknya Huruf-huruf arab itu gak ada titiknya Gambar Di zaman nabi itu gambar Makanya bukan dianggap tulisan ya gambar Gak ada titiknya Kemudian dikasih titik Makanya kita menemukan Keterangan seperti ini Sarwa'ah Dikasrisin Dikasrohkan sinnya Al-Muhmalah Sin yang tidak bertitik Jadi ada ketangannya Ada keterangannya Dikasroh sinnya Al-Fatihah atau di Fatihah Ini memudahkan orang Beragama berikutnya itu Dikasih keterangan-keterangan Seperti itu Uqbah bin al-Harith Namanya Uqbah bin al-Harith Rasulullah s.a.w. Salaitu war'an nabi s.a.w. Bil-Madinah al-Asra Fassalamah Thumma qawma musri'an Fatqatta riqaban nas Ujri nisa'ihi Fafaz'i'an nasu Min suratihi Fakharaj alaihim Fara'anahum qad ajibu Min suratihi Qala Zakartu shay'an Min Apa ini Min tibril Indana Fakariftu an yahbisa li Faamartu Min suratihi Ini namanya Gharib ul-Hadith Kosa kataNah, itu juga salah satu upaya para ulama terdahulu memudahkan ilmu ini kepada generasi berikutnya. Kosa-kata-kosa-kata dalam Al-Quran, kosa-kata-kosa-kata dalam hadith, itu ada bukunya tersendiri. Kosa-kata Al-Quran yang terkenal alas Farhani Mufradad Al-Fadli. Yang terkenal ada apa? Bukunya alas Farhani. Kemudian, Gharibul Hadith, itu yang terkenal, yang terakhir itu Ibn Al-Azhir. Murid Ibn Udaiqilid, sejaman dengan Udaiqiyah, dengan Udaiqiyim. Menulis kitab kamus kosa-kata hadith. Tapi, kamusnya Arab-Arab. Jadi, kosa-katanya Arab, perjemahannya juga Arab. Kamusnya Arab-Arab. Kosa-kata Al-Quran, kamus kosa-kata Al-Quran juga begitu. Alas Farhani juga menyusun begitu. Kosa-katanya Arab, perjemahannya juga Arab. Kamus. Kita baca. Uqbah Mirharid, beliau menunturkan, Aku sholat al-asr, sholat asar, bermakmum kepada Nabi S.A.W. di Madinah. Aku sholat asar, bermakmum kepada Nabi S.A.W. di Madinah. Di Madinah. Fasillama. Selesai sholat, Nabi S.A.W. Selesai sholat dengan salam. Fasillama Nabi S.A.W. Ini salam ke kanan dan ke kiri. Salam dua kali. Kemudian beliau buru-buru berdiri. Selesai salam itu beliau buru-buru berdiri. Beliau melangkahi pundak para sahabat. Masuk ke rumah sebagian istri beliau. Masuk ke rumah sebagian istri beliau. Maka para sahabat pun kaget. Dengan keterburu-buruannya Nabi S.A.W. Lalu tidak berapa lama Nabi S.A.W. keluar lagi. Dari rumah istri beliau. Kan pintunya menghadap ke masjid semua. Pintu rumah istri beliau menghadap ke dalam masjid semua. Beliau menemui mereka lagi, menemui para sahabat. Beliau mendapati, melihat para sahabat. Dari keterburu-buruan beliau. Aku teringat, sedikit bungkahan emas atau perak. Di sini disebutkan kosa katanya. Bungkahan emas atau perak. Aku teringat, ada sedikit bungkahan emas atau perak. Di dana yang ada di rumah. Maka aku khawatir kalau hal itu menghalangi aku. Maka aku perintahkan kepada orang rumah. Supaya membagikan bungkahan emas atau perak itu. Kenapa dibagikan? Dalam riwayat lain, dalam suahi buhri, dalam produksi lain. Aku meletakkan, bahasa kita itu. Aku mengampirkan, di rumah itu. Sebuah bungkahan emas atau perak, zakat. Fakar itu, diubayai tahu. Dan aku khawatir kalau sampai, aku tidak suka. Kalau sampai, harta sedekah, harta zakat itu menginap di rumahku. Dan kita maklum.Nabi S.A.W. dan Ahlul Bayt itu tidak boleh menerima zakat Ya, tidak boleh menerima zakat Aku teringat di tengah sholatku, yang ada sedikit bongkahan emas zakat Atau perak, yang di rumah, yang harus dibagikan Aku khawatir hal itu tahan di rumahku Dan aku pun menyuruh orang rumah untuk membagikannya Hadith ini memberikan telahan kepada kita, ya, bersegera melakukan kebaikan Ya, Nabi sampai begitu ingat harus melakukan kebaikan, buru-buru beliau melakukan kebaikan itu Dan jangan seseorang itu yang menunda Anda dari melakukan kebaikan ketika momennya datang Ya, ketika momennya datang, tapi kalau anak insan tidak mengadari Karena orang itu tidak tahu kapan kematian itu akan menghampiri dia Kalau kadung sudah dihampiri kematian, maka dia akan kehilangan kesempatan beramal kebajikan Wal-insan yang bagi ayat kunah, ya, kayisan Orang itu mestinya orang Islam itu, tidaknya dia itu menjadi orang yang cerdas Ya'mal lima ba'dal maud, walayatahawan Dia selalu berusaha untuk beramal sebagai bekal setelah kematiannya, walayatahawan Dan jangan males-malesan Bayangkan saja, kita itu kalau dalam perkara duniawi, ya, ingin bersegera, ingin buru-buru Kita itu selalu menguntit kesempatan kapan kita bisa melakukannya, itu adalah perkara duniawi Fa inal wajib alayhi fi umumin ukhrawi, ya, an yakuna, fi umumin ukhrawiya, an yakuna kathalik bal-awnah Maka semestinya kalau itu perkara akhirat, dia lebih bersegera, lebih bersemangat untuk berlomba-lomba Qala Allahu tabaraka wa ta'ala, ya, al-tuxirun al-hayat dunya wal-akhiratu khayrun wa abqa Tapi sayang kalian itu lebih mempengaruhi kehidupan duniawi Al-akhiratu khayrun wa abqa, padahal kehidupan akhirat itu lebih baik, pahala akhirat itu lebih baik dan lebih kekal Ya, wafihatal hadith, ala anna rasulullah s.a.w. asra'un nas mubadaratan ilal khair Disini juga hadith ini menerangkan bahwa Rasulullah s.a.w. itu adalah orang yang paling bersegera melakukan kebaikan Anak Rasulullah s.a.w. ya, muhtajun ilal amal, kama anna khairun muhtajun ilal amal Dan bahwa sekelas Nabi Muhammad s.a.w. itu juga butuh kepada amal soleh, apalagi selain beliau, apalagi kita-kita Ya, karena Nabi s.a.w. saja butuh amal soleh dan butuh bersegera, butuh untuk melaksanakan Kalian bersegera, ya, kepada ampunan Allah dan syurga yang luasnya seluas langit bumi Ya, maka selain beliau, dari umatnya, ya, tentu lebih butuh kepada amal soleh dan bersegera dalam beramal soleh Waliha dalam haditha faqala, innahu layadhukulal jannata ahadun bi amrihi, oleh karenanya Nabi s.a.w. pernah menyampaikan sebuah hadith, sabda kepada para sahabatnyaBahwa tidak ada seorangpun dari kalian, tidak ada seorangpun dari kita ini akan masuk surga Dengan amalnya, Qala wala anta, maka para sahabat kaget Nanya, termasuk anda wahai rasul? Qala wala an, termasuk aku Aku gak akan bisa masuk surga Dengan amalku menukar surga, dengan amalku gak akan bisa Ila an yata humadani allahu bi rahmatihi Hanya saja, Allah merahmati diriku, mencurahkan rahmatnya kepadaku Hadapuh Nabi S.W.W. Ini profilnya Nabi S.W.W. Beliau yang sudah dijamin surga dan diampui segala dosa dan kesalahan yang lalu dan yang akan datang Beliau pemegang kunci surga, pemegang kunci syafaat dari kiamat Pun beliau masih beramal soleh dan bersegera Untuk beramal soleh itu, tidak bermalas-malasan Hadith ini juga memberikan dalil buruhnya Orang itu telah salam dari solat, berjamah, buru-buru keluar meskipun harus melangkahi orang Meskipun harus melangkahi orang Wal nasiama idhakan hajah Apalagi kalau dia perlu, ada keperluan Apalagi kalau dia ada keperluan Ya, tapi itu namanya wawahuwa'lam, kembalinya itu kepada urf Ya, kalau di tempat kita, kalau di orang Jawa Itu memang kurang etis, ya kan, melangkahin Melangkahin orang yang di sof Tapi kalau di sana biasa saja Di sana hal biasa saja Justru terbalik Di sana kalau mau bungkuk Di sini kan orangnya mau keluar, disolatnya di depan dia mau keluar kan bungkuk Di sana enggak etis Di sana enggak etis Ya, kalau dianggap kita melakukan itu, pasti dia akan langsung ditegakkan badannya sama orang Ya, enggak boleh bungkuk-bungkuk-bungkuk-bungkuk kepada orang Ya, kalau di tempat kita, balik kan Di tempat kita, ya, tegak keluar gitu aja Ya, dianggap tidak adab, ya kan, gitu Dianggap tidak adab Wadhali khali an'as ba'da salamin as-salat la yusufi hajatin ila'an yab'bu Ya, fi'amakin ihim Bala hulim shirof Kenapa hal ini boleh? Karena setelah salam dari sholat berjamaah itu Mereka sudah tidak lagi Ya, diwajibkan, ya, duduk di tempatnya masing-masing Ya, boleh mereka bala hulim shirof, boleh mereka segera buka Keluar Tapi, kalau melangkahi orang sebelum sholat Nah, itu yang tidak boleh, kata dia Ya, orang sudah balesof begitu hati Ya, dia datang belakangan Ya, dia melangkahin orang-orang itu mau di depan, mau di soft depan Soft depan, itu tidak boleh Ya, kata beliau itu tidak boleh kalau sebelum sholat Ya, kenapa? Ya, karena itu menyakiti, menyakiti orang Satu kali, Nabi SAW sedang khutbah Sedang khutbah jumat Lihat ada sahabat yang masuk terlambat Kemudian, melangkahin pundak-pundaknya orang Ya, untuk maju ke depan Maka, Nabi menghentikan khutbahnya Fakaulalahu Nabi sampai menghentikan khutbahnya Dan beliau berkata kepada sahabat itu Ijlis faqad adhai Wih, duduk, duduk, kamu sudah ganggu orang Ya, boleh, orang khutbah itu guru Ada yang ribut, tegur Anak kecil ribut, ditegur Yang khutbah itu tidak melihat jamaah Tidak mendengarkan jamaah Maksudnya, kenapa? Kenapa tidak mengerti-ngerti? Menurutnya, akhir-akhirnya sudah Aku melihat Allah SWT Duduk Yang di jamaahnya ada ributAda yang ngobrol, ada yang main hape, nggak ditegur Ya, ditegur Ya, ditegur Ketip itu Sumnahnya begitu Ya Kalau melangkahi orang, tidak boleh Ya Kalau nggak melangkahi, tidak boleh Kalau tidak melangkahi, boleh Nah, jadi gimana caranya Melangkahi orang, mau misisof Yang kosong itu, gimana caranya Nggak melangkahin orang Bagaimana kalau mempersilahkan orang Misisof depannya, mekruh Melangkahi orang Nggak boleh Nyuruh orang, misisof depannya Itu mekruh Itu mekruh Ya, karena Ngalah Dalam apa? Dalam mengejar pahala Itu mekruh Ya, pahalanya yang paling besar mana? Misisof depan dengan misisof belakangnya Misisof terdepan Semakin depan, semakin pahalanya Semakin banyak, ya Maka ngalah, masalah itu mekruh Tapi kalau sampai melangkahi, mau kesana Sampai melangkahi, itu nggak boleh Sebagaimana dalam hadis ini Kamu duduk, kamu sudah melangkah, bagaimana caranya Kalau mau misisof depan Tapi tidak melangkahi Ya Di singgol Di Silakne, ya Ya Hadis ini juga Memberikan pelajaran kepada kita Bahwa Rasulullah S.A.W. itu juga Sama seperti Manusia pada umumnya Yal haqunisyan, yaitu apa? Terhinggapi Lupa Sama seperti Tapi lupanya beliau itu bukan dalam Perkara yang berkaitan dengan Wahyu Allah yang wajib disampaikan Ya Itu enggak Kalau dalam wahyu Allah yang wajib disampaikan Maka Nabi S.A.W. tidak lupa Bahkan ketika Nabi terkena sihir pun, itu Tidak mengganggu Kewajiban beliau Menyampaikan wahyu Ya Kalau Nabi itu juga Mengalami lupa Beliau juga Mengalami hal Manusia pada umumnya Apa yang Beliau tidak ketahui sebelumnya Beliau tidak tahu Ya Kan ayatnya Allah mendapati Dirimu wahyu Nabi Dholan, apa maksudnya dholan? Jahilan Mendapati dirimu, tidak mengetahui Perincian syariat Tidak mengetahui Perincian iman dan syariat Fahadah Lalu Allah memberikan hidayah Petunjuk kepada Ya Dalam Al-Quran Allah Perintahkan kepada beliau Untuk menyampaikan pada umatnya Aku tidak pernah Ngasih tahu kalian Bahwasanya aku ini memiliki Perbendaharaan Kekayaan Allah Aku juga Tidak pernah ngomong sama kalian Kalau aku itu mengetahui perkara gaib Aku juga Tidak pernah ngomong sama kalian Kalau aku ini malaikat Ya Lalu perkara-perkara gaib yang beliau Beritahukan dimana? Dalam surat Al-Jinn Beliau tidak tahu perkara gaib Kecuali yang diberitahukan Kepada beliau oleh Allah Azza wa Jalla Wassalamualaikum Aku juga Tidak pernah Ngasih tahu kalian Aku ini malaikat Aku ini memilikiMemiliki itu semua? Tidak. Wafihazakutussabil alamun yaltaji'unah ilal rasul Fimuhimmatihim wamulimatihim yada'unah Ini memberi pelajaran kepada kita Bahwa mereka-mereka yang Berdoa minta kepada Rasulullah SAW setelah beliau wafat Ketika menghadapi Cobaan ketika menghadapi bencana Ketika sedang membutuhkan memiliki hajat dan sebagainya Ya, itu terbantahkan, kan? Hadis-hadis semisal ini Ya, bahwa Nabi itu layaknya manusia biasa Beliau mengalami lalai, lupa Ya, dan beliau tidak mengetahui perkara goyat, tak memiliki Ya, perendahan kayang Allah, beliau juga bukan malaikat Beliau juga tidak memiliki apa-apa Fa'inna hawla' min a'da'i wa'ala'isu min awliya' Orang-orang yang berdoa minta kepada Nabi Itu berarti mereka justru bukan Wali-walinya Rasul Tapi malah musuhnya Rasul Ya'anaw alaihi s-salatu wa'asalamu'l-aukana hayyan Lastatabahum fa'intabu wa'ilaa qatalahum Kalau seandainya Rasulullah masih hidup saja Ada orang-orang yang ketika menghadapi bencana Dan ketika memiliki hajat Itu berdoa minta kepada Rasul Pasti akan dipanggil dan diultimatu Supaya tobat Kalau nggak mau tobat, ya dieksekusi Sama seperti Ali bin Abi Talib Ketika, ya, Abdullah ibn Sabah Dan teman-temannya Itu sujud kepada Ali bin Abi Talib Dan menganggap Ali bin Abi Talib itu memiliki Sifat ketuhanan Maka Ali bin Abi Talib Ya, mengultimatu mereka tobat Mereka nggak mau tobat, ya Dieksekusi mati Ali bin Abi Talib Dengan dibakar Ada istirahat, ada tawassul Tawassul, kalau Nabi S.A.W. masih hidup Maka para sahabat itu dulu tawassul Dengan doanya Nabi S.A.W. Minta Nabi mendoakan mereka Itu banyak dalilnya, sudah lihat Itu namanya tawassul melalui Nabi Yaitu melalui doanya Nabi S.A.W. Setelah Nabi S.A.W. wafat Tidak ada satupun sahabat Yang minta didoakan oleh Nabi Nabi S.A.W. tidak bisa berdoa Tidak ada satupun sahabat Yang minta didoakan oleh Nabi Padahal para sahabat itu menghadapi Banyak sekali bencana Sampai perang saudara Tapi tidak ada yang minta doakan kepada Nabi Karena itu namanya bukan tawassul Kalau Nabi S.A.W. Namanya istihofah Minta kepada mayid Tidak beda dengan orang-orang nasoro Yang minta kepada Nabi Nabi S.A.W. yang mengatakan Ya Al-Masih Ibn Mariam Salilaha An-Yawfirni Wahai Al-Masih Putra Mariam Mintakan ampunan kepada Bapak untuk kami Apa bedanya? Justru malah lebih mending orang nasoro Orang nasoro itu minta kepada Nabi S.A.W. Masih hidup Nabi S.A.W. Masih hidup kan Nabi S.A.W. Kalau Nabi S.A.W. sudah wakfat Itu yang minta-minta kepada wali Itu kalah sama orang nasoro Wali-wali yang sudah wakfat Orang nasoro mintanya kepada Nabi S.A.W. yang masih hidup Hanya saja goib Tapi kan Nabi S.A.W. goib Wali yang sudah mati kan goib juga Buktinya solatnya disebut solat apa? Goib Ya kan? Jadi orang nasoro ternyata lebih mending daripada Peminta-minta kepada kuburan wali Jadi namanya istirahat Kalau minta didoakan kepada orang yang telah wakfat Kepada Nabi yang telah wakfat Ataupun kepada wali, orang sole yang telah wakfat Ataupun yang goib seperti Nabi S.A.W. Itu namanya istirahat Bukan tawassul Tawassul itu orang sole yang masih hidup Datang minta didoakan Itu namanya tawassul dengan doanya mereka Ya AllahDalam hadis ini juga terdapat pelajaran. Dalil, agar kita ini memiliki sifat amanah. Dalil bahwa agungnya perkara amanah. Kalau orang tidak bersegera menunaikan amanah itu, maka ya amanah itu akan menghalangi dia, menahan dia. Demikian juga seperti hutang, amanah itu seperti hutang. Orang kalau punya hutang, harta, hutang, maka dia tidak bersegera menunaikan hutangnya apabila telah jatuh tempuh. Apabila telah jatuh tempuh. Meskipunlah, Kecuali kalau yang pemilik hutang itu mempersilahkan untuk ditunda pembayarannya punasanya, maka silakan. Jadi itu amanah. Jadi hadis ini bagaimana Nabi S.A.W. mencontohkan amanah. Mencontohkan amanah. Beliau sebagai wali ul-amer punya amanah untuk menerima, menampung zakat dan membagi-bagikannya kepada yang berat. Maka beliau tidak ingin berlama-lama. Zakat itu terampung. Mandeg di tempat beliau. Dalil juga hadis ini. Bolehnya mewakilkan orang lain dalam membagikan harta yang harus dibagi. Aku menyuruh orang rumah untuk membagi-bagikannya. Ini boleh. Menganggap wakil dalam perkara-perkara yang boleh, ada perwakilan di dalamnya. Baik berkait ibadah seperti haji, umroh, pembagian zakat. Ataupun perkara-perkara duniawi seperti beli-beli dan hutang-hutang dan sebagainya itu boleh. Itu hukumnya boleh. Dan satu pelajaran lagi bahwa hukum asalnya, zakat mal itu dibayar dengan jenis hartanya. Kalau zakat malnya kambing, ya bayar zakatnya pakai kambing. Zakat malnya utak, ya 5 ekor 1 kambing, ya bayarnya pakai kambing. Kalau zakatnya itu hasil pertanian, ya hasil pertanian yang ditimbang, disimpan dari makan pokok. Dari misalkan beras, gabah, ya dari gabah itu. Beras itu, padi itu, beras apa? Padi, dari padi itu yang dibayarkan. Gandum, ya gandum yang dibayarkan. Kurma, ya kurma yang dibayarkannya. Emas, ya emas. Perak, ya perak itu hukum asalnya kalau memungkinkan. Apabila tidak memungkinkan, maka pakai apa? Pakai uang yang berlaku saat itu, dengan cara ditakwim. Dihitung dalam mata uang, dikonversikan ke mata uang. Seperti sekarang orang mau bayar zakat emas. Kan dipanggil sekarang kalau kasih emas itu dipanggil. Ya, apalagi emasnya wisdiawa. Emasnya sudah batangan, emasnya sudah diukir. Jadi perhiasan yang tidak dipakai tapi disimpan. Itu udah zakatnya, moso'o jindinya dikasihkan orang. Sekarang mesti pakai uang, ya. Dikonversi ke uang, kemudian setelah mencapai nisob dan haunya, maka dikeluarkan zakatnya. Makanya di sini, kita baca hadis tadi. Baca hadis tadi, Nabi SAW itu yang mau dibagikan. Tiba-tiba teringat dalam sholatnya ada emas. Bukan emas yang mau dibagikan, emas zakat. Itu wujudnya emas, tiber. Tiber itu emas yang belum jadi. Tiber itu apa ya kalau bahasa kita?Konsentrat, bahasanya sekolah konsentrat, ya konsentrat emas gitu, konsentrat emas ya Jadi emas yang sudah diayak itu, ya sudah enggak sudah enggak tercampur dengan apa namanya Dengan material-material tambang yang lain, nah itu namanya konsentrat, nah itu yang diber itu namanya Ya, tapi yang enggak semurni sekarang kan, kalau dulu kan ayak aneh yang sederhana ya kan Masih ada campuran ini, ya itu namanya tiber, ya namanya tiber, ya Nah, jadi ini, barakal fikum, ya, khurasatuhadhal hadith, huwal mubadara ila fi'nil khairat wa'adam Ittahawun fithat, hadith ini memberi telakan kepada kita bagaimana Nabi SAW itu bersegera melakukan Kebaikan, ya, dan tidak menyepelekannya, tidak menunda-nundanya, ya Wa'lam anaka idha awad nafsaqalak tahawun miqtada alaih Kalau kita ini sering membiaskan jiwa kita ini, males-malesan, ya, mager gitu ya Maka akan menjadi kebiasaan seluruh senama Nabi SAW Wa'idha awad tahalalak hazmi wal fi'li wal mubadara alaih Sebenarnya, kalau kita membiaskan jiwa kita itu untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, bersegera melakukan kebaikan Maka dia juga akan terbiasa, ya Di sini juga ada satu pelajaran yang tidak disimbung, bahwa barakal fikum, apa namanya, pelajaran tikeh, dua pelajaran tikeh Ya, yang pertama, ya, hukum asalnya memang sunnah bagi imam itu setelah salam itu duduk Ya, menghadap kepada makmumnya berpikir hukum asalnya, ya, tapi pada momen-momen tertentu dibolehkan, ya, dia langsung pergi, dibolehkan Meninggalkan tempat imamnya, apa, mihropnya, ya, nah itu perkara tikeh Yang kedua, perkara tikeh bahwa, ya, Nabi SAW dalam sholat itu juga, ya, teringat, ya, perkara-perkara duniawi Sama seperti umumnya manusia, kadang beliau teringat perkara-perkara duniawi seperti aman seperti tadi, ya, dan itu tidak membatalkan sholat Ya, tidak membatalkan apa, sholat, gelingan hutang, gelingan apa namanya, ditipat, itu enggak membatalkan sholat Maksudnya, tadi kalau sholat ada berapa makmumnya, misalnya makmumnya itu imamnya berpikir, makmumnya biasa, berpikir Imam dulu gimana? Sudah pergi, nah tadi sudah diterangkan bahwa makmum itu dibolehkan untuk pergi, ya, bagi makmum itu dibolehkan untuk pergi setelah salam, ya Tidak ada keharusan dia duduk di tempatnya masing-masing, ya, apalagi kalau dia memiliki apa? Memiliki khayat, memiliki perlu, ya, kali itu dibolehkan, ya, dia mau duduk di situ bagus, dia mau langsung pergi untuk keperluan, juga boleh, ya Kecuali satu, apabila dia jadi imam, kemudian tepat di belakang dia ada masyuk yang sedang sholat, sedang menyempurnakan sholatnya, tepat di belakangnya Ya, maka Syekh Ulislam Utaimiyah menyebutkan dari kalangan Hanafi, ya, di kitab Bada'i Usana'i, itu makruh bagi imam untuk balik kanan menghadap, ya, kepada orang yang sedang menyempurnakan sholat ini Ya, supaya tidak asaduh dengan orang-orang yang sujud kepada dirinya, ya, jadi itu, ya, itu diperhatikan terkait adab, ya Jadi makruh, ya, disebutkan makruh, bahkan kalau di dalam makhlaf Hanafi, ya, itu termasuk perkara haram, ya, perkara haram, ya Ada orang syolat, sujud, dihadap gitu, dihadap gitu, nah itu tidak boleh, ya, menurut Syekh Ulislam Utaimiyah makruh Wallahu'alam, ya, Insya'Allah kita lanjutkan hadis-hadis yang lain dari bab gini di bermuwan yang akan datang